Jumat, 05 April 2019

Kebangsaan vis a vis religiusitas : mana didahulukan?

http://ppmiftahulhudapesawahan.blogspot.co.id - Kebangsaan vis a vis religiusitas : mana didahulukan?

Hari ini diantara kita masih ada yang meributkan politik kebangsaan dihadapkan dengan sikap religiusitas. Berparadigma kebangsaan dan mendahulukan keteraturan sosial dalam perbedaan suku agama dan ras, dianggap tidak mendahulukan agama, atau dianggap tidak agamis.

Ny. Hj. Umniyatul Labibah, S.Th.I., M.H.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu al Qur'an (STIQ)
MIFTAHUL HUDA RAWALO

Agamis atau religiusitas kini, sedang mengalami pendangkalan makna. Religiusitas dimaknai jika satu desa semua beragama islam, berolah raga di area olahraga islami, belanja di mall halal, menggunakan produk berlabel halal, wisata di lokasi wisata berlabel halal, dan lain sebagainya.

Religiusitas hari ini terkurung dalam simbol-simbol dan mengabaikan nurani, sehingga alpa merasakan indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Sehingga jika ada yang berbeda agama tidak diterima sebagai bagian dari masyarakat. Atau merasa asing ketika ada dari bagian kita yang turut menjaga keamanan tempat beribadah dalam sebuah perayaan hari besar agama tertentu.

Religiusitas yang terpenjara dalam simbol ini pun enggan dengan paham Pancasila sebagai asas berorganisasi. Religiusitas dimaknai dengan perda syariah yang justru terkadang kurang bervisi humanis. Kelompok ini terus mendesakkan pemikirannya dan pun gerakan politiknya.

Lalu, apakah berpaham kebangsaan dalam bangsa yg plural ini adalah bukan sedang memenuhi panggilan agama?

Ada sebuah hadist yang diangkat oleh Habib Ali al-Jufri penulis kitab "al-insaniyyah qabla at-tadayun" atau " kemanusiaan mendahului sikap keberagamaan". Hadist ini diambil dari musnad Ahmad nomor 16402, diceritakan dalam hadist tersebut : bahwa Amar bin 'Abasah as-Sulami ketika bertanya kepada nabi di Mekkah di awal dakwah nabi, dalam persembunyian dimana Amar menyamar untuk bertemu nabi. Lalu ditanyakanlah tentang siapa nabi, dimana nabi menjawab bahwa nabi adalah rasululloh yang diutus Allah 'azza wajall. Kemudian ditanya untuk apa atau dengan apa nabi di utus, nabi menjawab agar dintara manusia saling menyambung silaturahim, melindungi darah, mengamankan jalan, berhala dihancurkan dan Allah semata yang disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Risalah yang nabi sampaikan di atas dapat kita maknai bahwa, religiusitas akan tegak jika kehidupan sosial berlangsung dalam situasi yang aman. Hal ini dapat dilihat dari risalah yang disampaikan nabi di atas, pertama, Menyambung Silaturahim. Ini adalah pesan bagaimana jaminan keamanan penting bagi masyarakat untuk dipenuhi.  Adanya jaminan keamanan memungkinkan masyarakat hidup berdampingan dalam perbedaan dengan rasa aman.

Kedua, melindungi darah artinya adalah perlindungan terhadap kehidupan. Dimana masyarakat memperoleh jaminan keamanan dan kenyamanan dalam hidup. Mendapatkan perlindungan atas hak-hak dasarnya sebagai manusia.

Ketiga, mengamankan jalam. Artinya adalah keamanan publik. Bukan saja hak dasarnya yg dilindungi, tetapi masyarakat mempunyai rasa aman dan nyaman untuk melakukan kegiatan sehari-hari, beraktivitas dan mengeksplorasi karunia Alloh di bumi. 

Setelah ketiga hal tegak, maka umat islam pun akan dapat menegakkan agamanya dengan baik, yaitu dengan isyarat menghancurkan berhala yang dapat kita maknai sebagai isyarat amar ma'ruf nahi munkar. Dari situlah, kehidupan bertauhid akan kokoh yang diisyaratkan dengan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan selain Allah.

Dari uraian hadis diatas, dapatlah sekiranya diambil hikmahnya bahwa, kebangsaan tidaklah berhadapan dengan religiusitas. Kebangsaan sebagai worldview, adalah justru dalam kerangka menegakkan nilai-nilai risalah yang di bawa nabi. Sehingga, keberagamaan dalam masyarakat yang plural bukan berarti menyeragamkan atau mengkotak-kotakkan dalam simbol. 

Hadist di atas dapat menjadi shadow of view, dimana kita akan berada atau bersama siapa kita akan berdiri. Apakah pada mereka yang memperjuangkan jaminan keamanan dan kenyamanan hidup dan sosial? Atau akan berada pada barisan mereka yang memperjuangkan simbol agama dalam kehidupan sosial? ...😘

Umni labeb
5/4/19